feature content slider

Featured Post Today
print this page
Latest Post

MENJAGA WUDHU


Shalat dan Wudhu itu satu kesatuan, bagaikan dua sisi mata uang. Tidak akan berkualitas shalat seseorang jika wudhunya tidak berkualitas, dan tidak akan diterima shalat jika tidak diawali wudhu. Melalaikan wudhu sama artinya dengan melalaikan shalat.
Wudhu merupakan proses penyucian diri agar mampu melakukan komunikasi Dzat Yang Mahasuci. Karena itu, menyempurnakan wudhu adalah sebuah keutamaan sekaligus keharusan.
Rasulullah SAW mengatakan, saat seseorang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya dan mengerjakan shalat dua rakaat, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam berwudhu dan shalatnya tentang hal duniawi, niscaya keluarlah ia dari segala dosanya, seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya. (HR. Bukhari dan Muslim, dari 'Ustman bin Affan ra.)

( Baca Juga : Tuhanmu telah menyebutku dan sayang padaku )

( Baca Juga : Penikmat Kopi )

Banyak keutamaan jika kita bisa menjaga wudhu terus-menerus, diantaranya:
- Meninggalkan jejak di surga.
Di suatu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam memanggil Bilal bin Rab'ah ra., lalu bertanya,
"Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku."
Bilal menjawab,
"Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu." (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
- Bisa membersihkan dosa.
Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu kemudian mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya tersebut setiap dosa pandangan yg dilakukan kedua matanya bersama air wudhu atau bersama akhir tetesan air wudhu. Apabila ia mencuci kedua tangannya, maka akan keluar setiap dosa yg dilakukan kedua tangannya tersebut bersama air wudhu atau bersama akhir tetesan air wudhu. Apabila ia mencuci kedua kaki, maka akan keluar setiap dosa yg disebabkan langkah kedua kakinya bersama air wudhu atau bersama tetesan akhir air wudhu, hingga ia selesai dari wudhunya dalam keadaan suci dan bersih dari dosa-dosa." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah ra.)
- Kebeningan dan cahaya ruh.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu." (HR. Bukhari dan Muslim)
- Tanda pengenal di alam ruh.
Para Sahabat bertanya: "Bagaimana engkau mengenali umatmu setelah sepeninggalmu, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam..?"
Rasulullah SAW menjawab: "Tahukah kalian bila seseorang memiliki kuda yg berwarna putih pada dahi dan kakinya diantara kuda-kuda yg berwarna hitam yg tidak ada warna selainnya, bukankah dia akan mengenali kudanya.?"
Para Sahabat menjawab: “Tentu wahai Rasulullah.”
Rasulullah berkata: "Mereka (umatku) nanti akan datang dalam keadaan bercahaya pada dahi dan kedua tangan dan kaki, karena bekas wudhu mereka." (HR. Muslim)
Saking pentingnya menjaga Wudhu, sampai mau tidur pun disunnahkan berwudhu dulu, seperti yg disarankan Rasulullah SAW:
"Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan termasuk ketika mau berhubungan sex pun disunnahkan berwudhu dulu, seperti yg dikatakan Rasulullah SAW:
"Apabila seseorang telah berhubungan dengan istrinya, kemudian ingin mengulanginya lagi maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu." (HR. Muslim, At-Tirmidzi & Ahmad, dari Abu Sa’id Al-Khudri ra.)
Perlu diingat, selalu ada korelasi perbuatan/amal lahiriah dengan batiniah. Dan diharapkan dengan terbiasa menjaga wudhu secara lahir ini, maka akan mulai mengamalkan wudhu secara batiniah, yg menurut Abdurrahman Hatim Al-Asham ra. bahwa Wudhu Batin itu adalah membasuh anggota badan dengan tujuh perkara, yaitu dengan :
- Taubat,
- Menyesali dosa,
- Membersihkan diri dari cinta dunia,
- Tidak mencari dan mengharapkan pujian dari manusia,
- Meninggalkan sifat bermegah-megahan,
- Menjauhi khianat dan menipu, serta
- Meninggalkan dengki.
Mudah-mudahan lewat Wudhu Batin ini para Salik bisa mempersiapkan diri dalam memasuki perjalanan selanjutnya dalam "kebeningan" dan "cahaya di atas cahaya".
Semoga....
0 komentar

Tuhanmu telah menyebutku dan sayang padaku


Suatu ketika, saat safar, Nabi Ibrahim as. hendak menyiapkan makanan dan tiada yg menemani, tiba-tiba terlihatlah seorang Musafir tengah berjalan. Beliau panggil dan ajak makan bersama. Perlu diketahui, Nabi Ibrahim terkenal senang menjamu tamu dan tidak suka makan sendiri.
Tatkala Beliau menyiapkan api, orang tersebut langsung sujud menyembah api. Nabi Ibrahim terkejut dan menegurnya, "Mengapa engkau menyembah api dan tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa..?!" 

Lalu Beliau pun mengusir Musafir tersebut.
Setelah orang tersebut pergi, turunlah wahyu kepada Ibrahim,
"Wahai Ibrahim, puluhan tahun Aku memberinya makan dan rejeki tanpa memaksanya untuk menyembah-Ku, sementara kau mendapat kesempatan tetapi kau usir dia."
Wahyu itu terasa bagai petir bagi Ibrahim. Beliau pun menangis dan segera bergegas mengejar si penyembah api. beliau meminta maaf sebesar-besarnya dan memohon supaya dia sudi kembali menikmati makan bersama.

( Baca Juga : Wisata Kopi )

Si Musafir heran dengan perubahan sikap Ibrahim. Dia tanyakan, "Tadi kau marah dan mengusirku, kini kau memelas dan mengundangku. Gerangan apa yang membuatmu berubah..?”
Nabi Ibrahim menceritakan apa yg terjadi dan kemudian orang tersebut tersentuh dan mengatakan, "Tuhanmu telah menyebutku dan sayang padaku..? Ajarkan aku tentang agamamu."
Dan akhirnya diapun akhirnya bertaubat dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga....
0 komentar

PUNCAK SPIRITUAL


Seseorang tidak dapat dikatakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah mendarah daging dalam dirinya :
1. Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang yang Sattar (menutup aib) dan Ghaffar (pemaaf).
2. Dua karakter dari Rasulullah SAW yaitu Penyayang dan Lembut.
3. Dua karakter dari Abu Bakar yaitu Jujur dan Amanah (dapat dipercaya).
4. Dua karakter dari 'Umar yaitu Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
5. Dua karakter dari 'Utsman yaitu Dermawan dan bangun (tahajjud) pada waktu orang lain sedang tidur.
6. Dua karakter dari 'Ali yaitu 'Alim (cerdas/intelek) dan Pemberani.
Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syeikh maka ia adalah Dajjal yg mengajak kepada kesesatan.
Dia harus sangat mengetahui hukum-hukum syariat zhahir, mencari ilmu hakikat dari sumbernya.
(Syeikh Abdul Qadir al-Jailani)

( Baca Juga : kopi Luak Premium )
Semoga....
#ombad #tasawuf
0 komentar

TENTANG AS-SILMI


Dalam QS. Al-Baqarah 208, kata AS-SILMI ini diterjemahkan menjadi "Islam".

 Ada 3 ayat yg mengandung kata As-Silmi, yaitu : QS. al-Baqarah 208, Muhammad 35 dan al-Anfal 61. Dan hanya di al-Baqarah saja yg diterjemahkan jadi "agama Islam", sedangkan di dua ayat lainnya diterjemahkan "Perdamaian". Aneh kan..?
Kalau merujuk arti kata as-Silmi, menurut mufassir Ibnu 'Asyur, baik kata AS-SILMI, AS-SALMI & AS-SALAM itu sama aja, hanya beda dialek. Artinya secara makna pada ayat al-Baqarah 208, "udkhuluu fis silmi kaaffah" (masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan), seharusnya dimaknai "BERDAMAILAH SECARA TOTAL".
Secara logika bahasa pun ayat di atas adalah kata perintah (fi'il amar), masa udah beragama Islam harus masuk Islam lagi. Padahal kata perintah ini dipakai untuk sesuatu yg belum dilakukan oleh umat Islam, dan dalam hal ini adalah "berdamai" atau "damai" ataupun "perdamaian".
Nah, sekarang mari kita lihat Asbabun Nuzul ayat Baqarah 208 tersebut. Ayat 190-208 surah al-Baqarah ini diturunkan di antara peristiwa "Perdamaian Hudaibiyah".
Pada thn 6 Hijriah bulan Dzul Qa’dah, Umat Muslim ingin melaksanakan ibadah umrah. Saat tiba di wilayah Hudaibiyah, Rasulullah SAW pun mengutus sahabat 'Ustman ke Mekkah, untuk menjelaskan kepada kaum kafir Quraisy bahwa umat Muslim ke Mekkah itu untuk beribadah bukan untuk perang. Jarak antara Mekah dan Hudaibiyah kurang lebih mencapai 22 km.
Saat 'Utsman bergegas menuju Mekkah, ada desas-desus bahwa 'Ustman dibunuh kafir Quraisy. Umat Muslim sudah siap mengangkat pedang dan berperang melawan musuh Namun demikian, isu terbunuhnya Ustman itu tidak benar.
Lalu turunlah ayat ini. Rasulullah SAW pun menahan emosi para Sahabat untuk tetap tenang dan menjaga perdamaian. Sampai akhirnya terkenal lah peristiwa "Perdamaian Hudaibiyah".
Jadi kalau merujuk uraian di atas, harusnya al-Baqarah 208 itu bisa dimaknai :
“Umat (Muhammad) yg beriman, berdamailah terus secara total, dan jangan sampai kalian terjebak bujuk rayuan setan, karena sebenarnya dialah musuh yg nyata bagi kalian.”
Dan makna di atas itu selaras dengan dua ayat lainnya (QS. Muhammad 35 & al-Anfal 61).
Jadi esensi "udkhuluu fis Silmi kaaffaah" itu apa..?
Menurut sy, Jagalah Perdamaian Bangsa.

( Baca Juga : Tentang Kopi )
Semoga....
#ombad
0 komentar

Ma'rifat


Dalam mukaddimah kitab al-Fiqh al-Akbar, karya Imam Syafi'i ra., disebutkan :
"Hendaknya anda ketahui -semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepada anda- bahwa, setiap Mukallaf itu diperintahkan untuk Ma'rifat kepada Allah.
Arti Ma'rifat adalah mengetahui apa yg ingin diketahui dalam wujud yg sebenar-benarnya tanpa ada sesuatu pun di antara sifat-sifat dari sesuatu yg ingin diketahui itu yg tersembunyi baginya. Hanya dengan perkiraan atau taklid saja, pengetahuan dan ma'rifat seperti itu tak mungkin bisa diperoleh. Sebab, perkiraan berarti menerima kemungkinan adanya dua hal, sedangkan arti Taklid adalah menerima pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber pendapat itu, dan yg demikian itu tentu saja tidak bisa disebut dengan mengetahui.

( Baca Juga : Wisata Kopi )

Allah berfirman,
"Maka hendaklah engkau ketahui bahwa tiada Tuhan Selain Allah."
Melalui firman-Nya tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk ma'rifat dan tidak sekedar dengan perkiraan atau taklid semata."
(al-Fiqh al-Akbar, Mukaddimah)
Semoga....
0 komentar

SEBUAH PERMINTAAN

Oleh Ombad
Getaran hasrat dalam kerinduan
Menyesak, meracun relung jiwa
Merambat antara cemas dan kesal
Berlarian dalam degup dan debar
Lembah jiwa bergunung dosa
Air kotoran mengisi samudera
Pohon munafik penuhi dunia
Awan menghitam hiasi angkasa
Jiwa terbelah terlewat rasa
Dangkalnya rasa di ujung makna
Samudera rasa di atas rasa
Hanya percaya tanpa terasa
Nada-nada jiwa mengalun pilu
Teriring isakan nurani pilu
Mengiris jutaan sudut kalbu
Di antara sesaknya putaran waktu
Risih kata-kata, diam keberanian
Hanya ucapan beribu maaf
Diselingi lontaran permintaan
Dalam ragam bentuk keyakinan
Permintaan keluar mengalir pilu
Merambat menerobos celah dosa
Tidak terjawab hanyalah keluh
Menyesak nafas menghimpit dada
Terombang-ambing galaunya jiwa
Nurani direndam lautan derita
Mengharap dalam segala harapan
Hanya berharap dalam permintaan
Sang Pengemis meratap kehujanan
Tengadah tangan isi kekosongan
Keinginan meluncur penuh harapan
Sampai datangnya sebuah jawaban
-------------------

Selama ini orang mengira bahwa berkeluh-kesah itu tabu. Mengadu itu nista. Lalu, gelisah itu dianggap tak perlu. Pandangan ini memang ada benarnya, jika kita berkeluh kesah pada orang lain, mengadu tak henti-henti pada orang lain agar bisa terbantu, atau rasa gelisah tak menuntu yang ditunjukkan kepada banyak orang untuk mencari perhatian. Namun, jika keluh kesah, pengaduan, kegelisahan ini diadukan kepada Sang Maha Tunggal, Yang Maha Membolak-balikkan jiwa, maka ini bisa dianggap sebagai ibadah dan jalan kesucian. Mengapa? Sebab, ini bagian dari munjat dan doa seorang hamba kepada Penciptanya.
Jiwa akan menjadi tentram. Badan menjadi sehat. Pikiran pun menjadi jernih. Sebab, disitulah proses penyucian jiwa berlangsung. Saat kita bermunajat kepada Allah dengan beban derita dan berpasrah diri kepada-Nya, mengharap ridha-Nya, meminta petunjuk-Nya, maka perlahan-lahan Tuhan akan menyucikan kotoran yang ada pada jiwa kita. Yakinlah, bahwa jiwa yang kotor tak akan mampu menampung pancaran cahaya Ilahi yang begitu dahsyat.
Dan, bagi kebanyakan orang, keluh-kesah, pengaduan dan permintaan hanya ungkapan kosong dan sumpah serapah.Namun, bagi mereka yang mengalami penyucian jiwa, mereka akan menawarkan keindahan-keindahan dari gejolak batin yang dirasakannya. Ia akan menebarkan hikmah bagi mereka yang sama-sama sedang merasakan kegundahan.Energinya begitu besar dan bisa menarik energi yang kecil.
Seperti layaknya resonansi. Kodok blentung yang bernyanyi selepas hujan, Tung…Tung…Tung…Maka sejurus kemudian akan disusul dengan nyaian kodok blentung yang lain.Tung…Tung…Tung….
Puisi di atas merupakan salah satu contoh bagaimana kegelisahan tidak dieksploitasi untuk menarik penderitaan atau menambah luka, namun justru mengajak mereka yang terluka dan menderita untuk menikmati “keindahan” yang tak terlupa.
Selamat menikmati,
Halim Ambiya
0 komentar

MENGULANG-ULANG

MENGULANG-ULANG

Saking sifat dari hati manusia yg mudah lalai dan mudah lupa, maka segala sesuatu harus selalu diulang-ulang, biar selalu ingat, termasuk dalam amal ibadah.
Hukum Pengulangan ini Allah terapkan kepada manusia. Lihat saja, ada perintah yg berulang dalam al-Quran baik dalam urusan shalat, zakat, dzikir, berfikir, menggunakan akal, berbuat baik, adil, tidak dzalim, dsb.. Misal, ada sekitar 200 buah perintah berdzikir dalam al-Quran.
Begitupun dalam teknis pelaksanaannya, Shalat wajib dikerjakan 5 kali dalam sehari semalam, diulang-ulang. Puasa setiap tahun, diulang-ulang. Thawaf saat haji diulang-ulang sampai 7 kali, wirid pun harus diulang-ulang sebanyak 33 kali, dsb.

( Baca Juga : Garut Sekilas Info )

( Baca Juga : Kopi Luak Premium )

Apa maksudnya dengan semua ini..?
Ya karena manusia itu bandel, kepala batu, dan mudah lupa. Saking mudah lupanya, baru kemarin dikasih jatah sama istrinya, eh besoknya udah minta lagi, katanya lupa lagi rasanya... Dasar aki-aki pelupa...! 😍
Allah selalu mengulang-ulang perintah-Nya, agar manusia dapat terbuka hatinya sehingga cahaya-Nya bisa menerangi hati manusia yg mudah lalai dan lupa.
"Sesungguhnya dalam Al-Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)." (QS. Al-Isra’ : 41)
Jadi kalau dulu anda sering mengulang-ulang SKS, maka Berbahagialah... berarti anda manusia normal.. yg berkepala batu... :D
Semoga....
0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Catatan Kecil OM BAD - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger